Pada saat pertama kalinya saat itu tahun 2010, Rifki mencoba berjualan kain batik dengan empat penjahit. Penjahitnya itu dulu juga merupakan karyawan dari ibunya. Tetapi akibat idealisnya yang khas dengan anak muda yang kental dalam dirinya, perhitungan bisnisnya tidak pas dan membuat usahanya bangkrut.
Bangkrut bukan akhir dari perjuangan tapi sebuah pelajaran berharga untuk memetik hikmahnya, seperti apa penyebabnya dan lain sebagainya, ternyata Rifki menyadari bahwa di awal berjualan ia mendapatkan fakta bahwa teman-temannya hanya membeli dagangannya lantaran merasa kasihan padanya. Produknya sebenarnya tak laku, padahal Rifki sudah berhutang sampai 250 juta.
Merasa gagal berjualan, Rifki kembali kemudian melanjutkan kuliahnya. Tetapi baru beberapa hari kuliah, Rifki kemudian memutuskan untuk keluar dan berjualan dengan sistem door to door atau dari pintu ke pintu. Ia berjualan selama seminggu dan tak pernah pulang. Selama itu pula dirinya menghasilkan Rp 2 juta.
Merasa gagal berjualan, Rifki kembali kemudian melanjutkan kuliahnya. Tetapi baru beberapa hari kuliah, Rifki kemudian memutuskan untuk keluar dan berjualan dengan sistem door to door atau dari pintu ke pintu. Ia berjualan selama seminggu dan tak pernah pulang. Selama itu pula dirinya menghasilkan Rp 2 juta.
Kadang kita harus belajar dari orang yang sudah berpengalaman yang sudah memakan asam garam hingga dia bisa mengenali mana pahit asin dan tahu membedakan mana salah dan benar, hingga pada tahun 2014, Rifki kemudian bertemu dengan seorang temanya yang menghasilkan Rp 150 juta dalam sebulan dengan hanya berjualan online tanpa harus turun kejalan. Semangatnya membara. Rifki kemudian belajar bisnis menggunakan internet dan berguru pada temannya. Rifki saat itu juga tak ragu untuk menembus perjalanan panjang dari rumahnya di Sentolo, Kulonporogo ke Muntilan saat itu.
Belajar saja tidak cukup harus mencoba langsung meski dalam mencoba kadang belum berhasil tapi ada hasil yang penting terus mencoba. Di tahun 2015, Rifki kemudian berhasil mengiklankan dagangannya melalui Facebook Ads dan mampu menjangkau pasar jauh lebih luas. Tetapi setelah menggunakan media sosial, bisnisnya masih saja serek atau belum lancar. Penjualannya tak menentu, kadang tinggi memiliki banyak pesanan dan kadang juga tak laku. Belum lagi ketika akunnya hilang lantaran mendapatkan penipuan.
Kegagalan akan datang berkali kali tapi semagat juga harus dibekali, jangan gentar ketika cobaan menghadang tetap semangat dan terus berjuang. Rifki tak pernah gentar, dengan permasalahan yang ia hadapi, gagal bangkit, ia tetap semangat membangun usahanya. Di tahun 2016 Rifki berhasil membawa bisnisnya maju. Ia mampu hasilkan omzet 100 juta dalam sebulan. Ia kemudian memperkerjakan 30 karyawan dan akhirnya mampu melunasi utang-utangnya, semua berbalik karena perjuangan yang tak kenal lelah.
Tak sampai disitu saja, tahun 2017 Rifki mulai memiliki pabriknya sendiri dengan 50 karyawan. Di tahun 2018 bahkan Rifki mampu hasilkan 100 juta sehari. Batik Kertabumi-nya kini digunakan oleh banyak orang baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Kegagalan bukanlah segalanya dan bukan akhir dari semuanya tapi seperti semakin gelapnya malam sebentar cahaya pasti akan menyinari, percayalah bahwa suatu hari kamu akan menjadi seperti apa yang kamu mau selama kamu masih berjuang dan juga belajar dari orang yang sudah merasakan asam garam jadi kamu bisa mendapatkan pelajaran yang berhaga dari mereka, terus mencoba mungkin besok pagi kamu orang sukses selanjutnya.