Iklan saya

header ads

Laila dan Majnun, Kisah Cinta Paling Mengharukan Sepanjang Masa

Laila dan Majnun, Kisah Cinta Paling Mengharukan Sepanjang Masa
Timeoke, Banda Aceh - Ada banyak kali versi kisah dan versi buku tentang cerita  kisah dua sijoli ini Laila Majnun kisah cinta abadi yang tak direstui, kisah cinta ini bemula di Persia atau sekarang disebut Iran, tapi sekarang sudah sampai kemana_mana, bahkan hampir seluruh dunia, termasuk salah satunya Indonesia.

Pernah ada sebuah kisah cinta yang sangat legendaris dari tanah Arab bagian Persia karena begitu bagus kisahnya hingga diceritakan secara berulang-ulang dan turun-temurun dan juga telah dialih bahasakan ke dalam berbagai bahasa, dari bahasa Inggris, Arab termasuk bahasa Indonesia. Kisah kasih cinta ini bernama Laila dan Majnun, sepasang kasih penjalin cinta abadi yang berakhir tragis, tak pernah bisa bersama didunia hingga akhir hidup mereka berdua.

Pertemuan dan Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama

Pada awal mula pertemuan sepasang kekasih ada seorang lelaki muda yang bernama Qays. Ia bukan siapa-siapa. Bukan lelaki kaya lagi berasal dari keluarga terhormat. Suatu hari, ketika sedang menjalani pendidikan di sebuah sekolah agama, ia bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Laila. Dan pada detik itu juga, ia langsung jatuh cinta pada gadis tersebut. Sebagai bentuk rasa cintanya, Qays tak dapat mepersembahkan apapun selain puisi-puisi indahnya.

Sontak saja Laila yang mendegar puisi itu langsung terkagum pada puisi Qays, hingga menaruh perasaan yang sama terhadapnya. Qays yang tergila-gila pada Laila terus-menerus menulis puisi yang memuji dan mengagungkan sosok menawan gadis tersebut. Ia tak segan membacakan puisi tersebut di sudut-sudut jalan. Tak peduli pada orang lain yang mengacuhkannya. Namun, tidak seperti saat ini, pada zaman dahulu, cinta mengenal sekat, mengenal pangkat jabatan atau harta.

Cinta Suci Mereka Tak Direstui Orang Tua

Jalinan kisah cinta suci mereka tidak direstui oleh orang tua Laila, karena Laila adalah seorang gadis cantik yang terlahir dari keluarga terpandang keluarga bangsawan. Sebagai putri dari seorang keluarga kaya raya, tentu Laila sangat diharapkan dapat dipersunting oleh lelaki dengan kedudukan setara sehingga ia bisa hidup dalam gelimangan harta dan kekayaan oleh orang tuanya. 

Namun, cinta yang dimiliki Laila adalah cinta suci yang hanya akan ia persembahkan kepada lelaki yang sungguh-sungguh ia cintai. Dan ia telah menemukan sosok tersebut dalam diri Qays.

Begitu usia mereka sudah cukup berumur atau matang, Qays, yang dijuluki Majnun atau “gila” oleh orang-orang lantaran ketergila-gilaannya terhadap Laila memberanikan diri untuk meminta restu ayah Laila. Namun hasilnya sudah dapat ditebak, ayah Laila langsung menolak mentah-mentah. Ayahnya beralasan bahwa jika pernikahan itu terjadi, kehormatan keluarganya akan tercoreng.

Majnun yang terkejut mendengarnya, tak kuasa menahan tangis dan kesedihan. Majnun yang tengah putus asa kemudian pergi meninggalkan rumah dan keluarganya. Ia memutuskan untuk tinggal di hutan padang belantara yang dipenuhi hewan-hewan buas. Di sanalah ia menjalani hidup pengasingan dan kesendirian. Didalam keterpurukannya, ia tidak henti-hentinya menulis puisi yang berkisah tentang kekasih pujaannya tersebut, yang bernama Laila.

Sang pujaan terpaksa menyambung tali pernikahan dengan pria lain, karena orang tuanya

Di sana disisi lain, Laila dipaksa oleh orang tuanya untuk menikahi pria lain. Pria itu bernama Ibnu Salam yang datang langsung melamar Laila. Meski hatinya menolak, namun Laila terpaksa harus mengiyakan karena tak tega membawa aib bagi keluarganya.

Sepanjang hidupnya, Ibnu Salam tak pernah sekalipun berhasil menyentuh Laila. Apalagi menjamah kesucian Laila. Meski tetap menjalani peran sebagai istri yang baik dan patuh terhadap suaminya, wanita tersebut tak pernah sekalipun merelakan tubuhnya kepada pria bernama Ibnu Salam tersebut.

Berita pernikahan yang justru menyakitkan bagi Qays ini lambat laun sampai juga ke telingan Qays si Majnun. Sudah barang tentu hatinya semakin tersayat ketika mendengar kabar ini. Hingga sejak saat itu ia memutuskan untuk menjauh dari peradaban dan menghabiskan sisa waktunya sendirian di pedalaman hutan.

Hari-harinya hanya ditemani oleh hewan-hewan liar dan buas yang secara ajaib kerap berkumpul di dekatnya, khususnya manakala cuaca sedang sangat tak bersahabat. Disaat beberapa pelancong dari negeri sebrang melewati hutan, mereka pernah melihat dirinya ketika mereka tengah bepergian dari dan ke dalam kota. 

Ketika menulis puisi, Majnun hanya bersenjatakan dahan kayu dan menulisnya di atas pasir.
Lambat laun juga sampai kabar duka kepergian orang tuanya, hingga semakin menjatuhkan Majnun ke dalam keterpurukan, sedih tak berkesuduhan, ujian bertubi-tubi terus ia dapatkan.
Hingga bertahun-tahun kemudian, kedua orang tua Majnun meninggal.

Mengetahui hal ini, Laila berniat mengirimkan kabar tersebut kepada Majnun. Ia menemukan seorang pria tua yang mengklaim sering melihat Majnun di gurun pasir. Melihat Laila memohon sesenggukan, pak tua akhirnya menyetujui permintaan Laila.

Suatu hari, ketika pria tua tersebut kembali menemukan Majnun, ia pun memberitahukan kabar duka ini. Tersiksa, terpuruk dan menyesal mendengar kabar kepergian orang tuanya, Majnun kemudian bersumpah untuk menghabiskan seluruh sisa hidupnya di padang gurun hutan belantara ini.

Beberapa tahun setelahnya, suami Laila meninggal. Meski tengah dirundung duka, wanita tersebut tetap berharap ia dapat berjumpa dan bersatu dengan cinta sejatinya, selamanya. Sayang, takdir tak berpihak dan berkata demikian.
Akhir kisah tragis dua sejoli yang tak diperkenankan takdir untuk hidup bersama

Dalam tradisi sukunya, Laila diwajibkan untuk berkabung atas kepergian suaminya selama dua tahun penuh tanpa menemui orang lain sekalipun. Mengetahui hal tersebut, Laila menangis. Ia tak terima jika harus menunggu dua tahun lagi lamanya untuk dapat bertemu dengan sang pujaan hatinya yang ia cintai. Ia sudah sangat tersiksa setelah harus dipisahkan bertahun-tahun lamanya. Laila pun akhirnya menyerah pada kehidupan. Ia meninggal akibat sakit hati yang tak tersembuhkan, sendirian di masa perkabungan tanpa mampu menemui Majnun yang ia cintai.

Kabar kematian Laila pada akhirnya sampai juga terdengar oleh Majnun. 

Sesaat setelah mendengar kabar tersebut, ia langsung pergi menuju tempat dimana Laila dikuburkan. Di sana ia habiskan waktunya dengan menyesal dan menangisi Laila, sosok pujaan yang harus ia relakan pergi untuk selama-lamanya.

Qays si majnun Ia pun meninggal dunia dengan damai dan jasadnya tergeletak tepat di pinggir makam Laila. Ketika kerabat Laila datang untuk berziarah ke makam Laila, mereka mengetahui bahwa sosok di sampingnya adalah Qays yang dulu dicintai oleh Laila. Qays si Majnun pun dikubur di samping Laila. Konon, ruh mereka bersatu dalam dunia yang abadi.
Begitulah, kisah kasih cinta Laila dan Majnun yang harus berakhir tragis dan memilukan. Namun, kisah perjuangan mereka dalam menjaga kesucian cinta antara satu dengan lain akan terus abadi dan selalu dikenang terutama oleh insan-insani manusia yang mencari cinta suci dari kekasih sejati.

Sudah berabad_abad yang lalu kisah cinta ini tertanam dalam benak tiap orang, kalau mendengar kisah cinta tidak direstui pasti ingat kisah Laila dan Majnun yang menjaga kesucian cintanya sampai mati, Qays merupakan seorang pernah gila dan sembuh ditepi ka'bah atas doa ayahnya, sembelum iya memutuskan untuk pergi rumah dan keluarganya dan memilih tinggal di hutan belantara sendirian disana.

Begitu dalam cinta mereka berdua hingga mati baru mereka bisa bersama, meski didunia mereka tidak bisa bersama, tapi kini kuburan Qays berada disamping kuburan Laila, wanita yang sangat dicintai Qays dulunya.

Begitulah sangat memilukan kisah mereka semoga tidak ada lagi yang mengalaminya, cukup segitu sekiranya ceritanya, semoga ada hikmahnya